Enterprise Architecture Planning |
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi pada tahun 1999 memunculkan sebuah konsep otonomi daerah yang berarti kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam dunia pendidikan, otonomi daerah melahirkan sebuah konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dimana sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan rancangan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah di mana sekolah tersebut berada namun tetap mengacu pada standar pendidikan nasional. MBS ini mencakup pengelolaan berbagai komponen dari sekolah, sehingga pengelolaan yang dilakukan cukup kompleks. Untuk mendukung pelaksanaan MBS, diperlukan sebuah sistem informasi pada sekolah.
Untuk membangun sebuah sistem informasi agar mendukung keberjalanan sebuah organisasi dengan baik perlu dibuat sebuah rencana pembangunan sistem informasi. Perencanaan tersebut dapat memanfaatkan teknologi Enterprise Architecture Planning (Perencanaan Arsitektur Enterprise) yang menghasilkan tiga arsitektur, yaitu arsitektur data, aplikasi dan teknologi serta rencana implementasi arsitektur tersebut bagi enterprise. Arsitektur-arsitektur tersebut dibuat berdasarkan model bisnis fungsional enterprise dan diimplementasikan berdasarkan kebergantungan data antar fungsi bisnis.
Pada pengerjaan tugas akhir ini, dilakukan studi kasus yang menerapkan EAP dengan bantuan model rantai nilai Porter dan pendekatan Business Systems Planning terhadap SMA Negeri 3 Bandung. Hasil-hasil studi kasus dengan EAP ini adalah model bisnis enterprise(mencakup 123 fungsi bisnis untuk 29 unit organisasi yang ada), dokumentasi katalog sumber daya informasi, arsitektur data(mencakup 109 entitas data, 7 diagram E-R serta matriks pemetaan fungsi bisnis dengan entitas data), arsitektur aplikasi(mencakup 21 aplikasi), arsitektur teknologi dan rencana implementasinya (didasarkan pada portofolio aplikasi yang dihasilkan). Hasil-hasil tersebut juga memberikan landasan bagi upaya mengatasi masalah saling terpisahnya aplikasi legacy, kurang terintegrasikannya data dan kurangnya dukungan sistem informasi bagi fungsi-fungsi bisnis yang berjalan di organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar