Sabtu, 14 April 2012

ANALISA FRAKTAL MEKANIKA KEGEMPAAN SISTEM SESAR SUMATRA

Perilaku pergeseran bidang sesar sangat tergantung dari perilaku koefisien gesek (µ) bidang sesar tersebut. Gempa terjadi bila harga koefisien gesek dinamik bidang sesar (µd) tersebut lebih kecil daripada koefisien gesek statiknya (µg). Besar harga µg akan mengontrol waktu perulangan gempa pada sesar tersebut (At), sedangkan besar nilai µs - µd akan mengontrol besar energi seismic yang dipancarkan pada saat gempa terjadi. Salah satu penyebab utama kesulitan pendugaan terjadinya gempa adalah karena sangat tidak teraturnya harga ini disepanjang bidang sesar. Karena koefisien gesek lebih merupakan sifat kontak ("contact property") daripada sifat massa ("bulk property"), maka besar harga akan sangat dipengaruhi oleh derajat ketidakteraturan geometri asperiti (pennukaan kontak) bidang sesar tersebut. Hal ini merupakan penjelasan kwalitatif dari hasil penelitian penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa perilaku kegempaan sistem sesar sangat dilcontrol oleh derajat ketidakteraturan geometri sesar tersebut (Scholz, 1990; Segall dan Pollard, 1980; King, 1983). Dalam penelitian ini hubungan antara derajat ketidakteraturan geometri sesar dan perilaku kegempaan sesar tersebut dirumuskan secara kwantitatif dan hasilnya digunakan untuk menganalisis mekanika dan pola kegempaan Sistem Sesar Sumatra (SSS). Geometri bidang sesar adalah fenomena fraktal sehingga derajat ketidakteraturannya dapat dlkwantifikasilcan dengan dimensi fraktal D. Nilai D yang besar berasosiasi dengan geometri yang Ieblh tidak teratur dan sebaliknya. Geometri yang lebih tidak teratur akan mengakibatkan µ yang lebih besar dan waktu perulangan gempa (At) yang lebih lama.Ini berarti bahwa segmen sesar dengan nilai D yang kecil mempunyai nilai p. yang lebih kecil dan waktu perulangan gempa yang lebih singkat dibandingkan segmen dengan D yang lebih besar. Hubungan analitik antara nilai D dan mekanika kegempaan sistem sesar dapat dilihat dari dua aspek kesetimbangan energi : statik dan dinamik. Dan aspek kesetimbangan energi statik didapatkan hubungan bahwa energi regangan internal kritik per satuan isi (E„) sesaat sebelum gempa, pada saat terjadi gempa akan terserap sebagai tingkat kerusakan material yang dikontrol oleh parameter densitas material dan dimensi fraktal geometri sesar sesuai persamaan : dimana p adalah densitas material dalam gr/cm3, dan a, B, n konstanta. Akibatnya, pada dua buah segmen sesar yang terbentuk dari mekanisme tektonik yang sama, kombinasi harga densitas dan dimensi fraktal tertentu akan mengakibatkan waktu perulangan gempa At tertentu pula. Dan aspek kesetimbangan energi dinamik didapatkan hubungan bahwa energi seismik (Es) yang diradiasikan pada saat terjadi gempa, terserap sebagai tingkat kerusakan material yang dikontrol oleh parameter densitas material dan dimensi fraktal geometri sesar. Akibatnya, pada dua buah segmen sesar yang terbentuk dari mekanisme tektonik yang sama dan mempunyai harga H yang sama, kombinasi harga densitas dan dimensi fraktal tertentu akan mengakibatkan terbentuknya waktu perulangan gempa tertentu pula.
Untuk melihat hubungan antara nilai D dan mekanika kegempaan SSS, telah dibuat peta rinci segmentasi dan geometri segmen-segmen SSS pada skala 1:250.000. Hasilnya menunjukkan bahwa SSS terdiri atas 11 segmen dengan nilai D berkisar antara 1,00 -1,24, yaitu berturut-turut dari ujung baratlaut ke ujung tenggara P. Sumatra :


1) Segmen Aceh, D = 1,07 ± 0,02

2) Segmen Alas, D = 1,19 ± 0,03

3) Segmen Toru, D = 1,07 ± 0,03

4) Segmen Asik, D = 1,06 ± 0,01

5) Segmen Singkarak, D = 1,00 ± 0,03

6) Segmen Muaralaboh, D = 1,15 ± 0,01

7) Segmen Kerinci, D = 1,01 ± 0,02

8) Segmen Seblat, D = 1,01 ± 0,02

9) Segmen Kepahiang, D = 1,02 ± 0,03

10) Segmen Ranau, D = 1,21 ± 0,03

11) Segmen Semangko, D = 1,24 ± 0,03


Ke 11 segmen SSS tersebut terletak pada dua blok kerak seismogenik dengan sifat fisik yang berbeda. Segmen dengan D = 1,00-1,15 terletak pada blok dengan densitas 2,75 gr/cm3 dan litologi utama granitik. Segmen dengan D = 1,19 -1,24 terletak pada blok dengan densitas 2,90 gr/cm3 dan litologi utama ofiolit. Terdapat pola teratur yang disebut sebagai pola fraktal kegempaan SSS, yang menghubungkan waktu dan lokasi terjadinya gempa besar dangkal disepanjang ke 11 segmen tersebut dengan dimensi fraktal setiap segmen. Berdasarkan pola fraktal tersebut dan sifat kerak seismogenik sepanjang SSS, maka ke 11 segmen sesar Sumatra dapat dikelompokkan menjadi 2 blok atau 3 sub blok segmen, yakni :


a. Blok I dengan litologi utama granitik, D = 1,00 - 1,15 (D = 1,05), p = 2,75 gr/cm3, K = 2,19 dan A t = 6 tahun. Blok ini terdiri atas 2 sub blok, yaitu :


i) Blok la dengan litologi utama granitik, D=1,00-1,02 (D = 1,01), p = 2,75 gr/cm3, K = 1,96 dan A t = 5 tahun.

ii) Blok lb dengan litologi utama granitik, D=1,06-1,15 (D = 1,075), p = 2,75 gr/cm3, K= 2,41 dan A t= 7 tahun.


b. Blok II dengan litologi utama ofiolit, D = 1,19 - 1,24 (D = 1,213), p = 2,90gr/cm3, K = 2,19 dan A t = 11 tahun.

 Perbandingan nilai D, p dan K blok-blok segmen tersebut menghasilkan pola perulangan gempa At sesuai persamaan empirik dan analitik yang telah dirumuskan diatas. Dari pola fraktal kegempaan SSS tersebut teramati juga adanya urutan kegempaan yang teratur, yakni satu urutan selalu dimulai dengan 4-5 gempa pada Blok I diikuti 1-2 gempa pada Blok II dan beda waktu antara gempa terakhir pada Blok I dengan gempa pertama pada Blok II relatif sangat singkat (harian-bulanan). Dengan simulasi metoda 2 blok peluncur tidak simetrik diketahui bahwa urutan kegempaan seperti itu terjadi akibat perbandingan gaya gesek maksimum / statik (Fs) kedua blok tersebut adalah Fs,/Fs2 = 1,05. Harga FsI/FS2 tersebut hampir sama dengan nilai perbandingan nilai D maksimum dua blok segmen SSS (D2/D1=1,07) bersangkutan dan mendukung kebenaran hubungan empirik µ D. Pola fraktal tersebut memungkinkan pendugaan jangka panjang (jangka waktu tahunan) kemungkinan terjadinya gempa besar disepanjang segmen Sesar Sumatra. Hal itu telah dibuktikan dengan pendugaan yang baik bagi terjadinya gempa Kerinci 7 Oktober 1995 dan gempa Toni 10 Oktober 1996, jauh sebelum gempa tersebut terjadi. Jadi, sumbangan utama metoda fraktal dalam analisis mekanika kegempaan sistem sesar adalah kemampuan metoda ini untuk menguantifikasikan derajat ketidakteraturan geometri bidang sesar yang sangat mengontrol harga dan mekanika kegempaan sesar tersebut. Akibat dari kemampuan itu, pola kegempaan yang mula-mula terlihat tidak teratur dan tidak dapat diduga, berubah menjadi sesuatu yang bersifat teratur dan memungkinkan. untuk diduga. Hasil penelitian ini berguna bagi pemahaman yang sempurna mengenai mekanika kegempaan SSS dan penerapan metoda fraktal untuk analisa kegempaan sistem sesar. Hasil penelitian juga berguna bagi usaha mitigasi bencana gempa disepanjang SSS dan dapat digunakan sebagai acuan bagi pengembangan wilayah disekitar SSS. Meskipun demikian, masih diperlukan studi lebih lanjut, baik di SSS maupun di sistem sesar lainnya, untuk menguji apakah perilaku fraktal kegempaan SSS tersebut konsisten dan berlaku secara umum di sistem-sistem sesar lainnya atau hanya berlaku secara lokal saja di SSS.
Selengkapnya Download Link Di Bawah Ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar