Jumat, 23 Maret 2012

Teori Gaya Hidup

Beberapa hari yang lalu Phydi mendapat request dari seorang teman agar membahas mengenai teori-teori tentang gaya hidup (psikologi). Cukup banyak pembahasan mengenai teori tentang gaya hidup, namun salah satu yang populer di kalangan psikologi adalah teori yang dikemukakan oleh Alfred Adler dalam bukunya " The Science of Living". Menurut Adler usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan cara tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi.

Dari dua dorongan itu, yang terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self) itu.Bahwa karena peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama dapat ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang mengalaminya. Dengan adanya dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas, untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi dalam hal ini Adler tidak menerima pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah produk dari lingkungan sepenuhnya. Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan berkembang dalam diri manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya.



Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu tersebut. dengan adanya perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka tidak ada manusia yang berperilaku dalam cara yang sama. Gaya hidup seseorang sering menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua pengalaman yang dijumpai manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya berkisar pada perasaan diabaikan (feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being unloved) menafsirkan semua pengalamannya dari cara pandang tersebut. misalnya ia merasa bahwa semua orang yang ingin mengadakan kontak komunikasi dipandangnya sebagai usaha untuk menggantikan perasaan tak disayangi tersebut.
Gaya hidup seseorang telah terbentuk pada usia tiga sampai lima tahun. Gaya hidup yang sudah terbentuk tak dapat diubah lagi, meskipun cara pengekspresiannya dapat berubah. Jadi gaya hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia. Apa yang berubah hanya cara untuk mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk memuaskan gaya hidup. Misalnya, bagi anak yang merasa memiliki gaya hidup tidak disayangi, adalah lebih baik praktis untuk membentuk tujuan semu bahwa kasih sayang baginya tidak begitu penting dibandingkan dengan usaha meyakinkan bahwa tidak dicintai pada masa lalu tidak penting baginya, dan bahwa meyakinkan kemungkinan untuk dicintai pada masa yang akan datang diharapkan dapat memperbaiki peristiwa masa lampau. Perubahan gaya hidup meskipun mungkin dapat dilakukan, akan tetapi kemungkinannya sangat sukar, karena beberapa pertimbangan emosi, energi, dan pertumbuhan gaya hidup itu sendiri yang mungkin keliru. Karenannya jauh lebih mudah melanjutkan gaya hidup yang telah ada dari pada mengubahnya. Mengenai bagaimana gaya hidup itu berkembang, dan kekuatan yang mempengaruhinya, menurut Adler dapat dipelajari dengan meyakini bahwa perasaan rendah diri itu bersifat universal pada semua manusia, dan berikutnya karena adanya usaha untuk mencapai superioritas. Akan tetapi ada karakteristik umum yang berasal dari sumber lain di luar dirinya yang turut menentukan keunikan kepribadianindividu, yakni kehadiran kondisi sosial, psikologis, dan fisik yang unik pada setiap manusia. Dikatakan, bahwa setiap manusia mencoba menangani pengaruh-pengaruh itu. Faktor yang khusus yang dapat menyebabkan gaya hidup yang salah adalah pengalaman masa kecil, banyaknya saudara, dan urutan dalam keluarga. Adler juga menemukan tiga faktor lainnya yang dapat menyebabkan gaya hidup keliru dalam masyarakat dan menyebabkan kehidupan manusia tidak bahagia. Ketiga hal tersebut adlah kanak-kanak yang dimanja atau dikerasi, dan masa kanak-kanak yang diacuhkan oleh orang tuanya. Pada  anak cacat tubuh, perasaan rendah diri akan lebih besar dari pada anak yang sehat fisiknya. Biasanya reaksi yang muncul ada yang menyerah pada keadaan dikalahkan oleh lingkungan, akan tetapi ada juga yang berusaha mengkonpensasikannya pada bidang yang jauh dari bakat normal pada orang biasa, misalnya berhasil dalam kegiatan olahraga, kesenian, atau industri.
Pada anak cacat mental, menyebabkan masalah yang lebih parah lagi, hal ini disebabkan oleh: (a) kompensasinya jauh lebih sukar, (b) keragaman kesempatan yang dapat digunakan untuk kompensasi lebih sedikit, (c) tuntutan masyarakat modern lebih menekankan kemampuan intektual ketimbang kerja otot, (d) masyarakat sendiri kadang kurang mau memahami usaha kompensasi orang-orang yang terbelakang mental. Jadi secara umum kondisi sosial dapat membentuk gaya hidup yang keliru sekalipun kondisi fisik dan psikologisnya masih normal.

Mau yang lebih lengkap ? Download disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar