Dibuat : 2009
Keyword : Peta kerawanan longsoran, Metode anbalagan, Sistem informasi
geografi, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Penelitian
zonasi kerawanan longsoran dilakukan di bagian barat Kecamatan CIlilin,
Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dengan letak geografis daerah penelitian
adalah 107 derajat 25'12"-107 derajat 31' 48" BT dan 6 derajat
55'48"-7 derajat 0'28' LS. Morfologi daerah penelitian dapat dibagi
menjadi dua generasi morfologi (morfogenesis) yang penting, yaitu morfologi
Pra-Miosen Akhir (Martodjojo (1984) menyarankan penggunaan umur Pliosen Awal
/N18) dan morfologi Resen. Litologi yang ada pada daerah penelitian diantaranya
breksi, breksi tufan, batupasir, konglomerat, andesit, lava, lahar, endapan
danau dan aluvium.
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Anbalagan (1992) sebagai
metode zonasi kerawanan longsoran dan Sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai
metode pengolahan data spasial daerah penelitian. Sistem pendekatan yang
dilakukan pada metode zonasi kerawanan longsoran Anbalagan (1992) berupa
pendekatan numerik dengan tabel skema pengkelasan yang disebut Landslide Hazard
Evaluation Factor (LHEF). Pada penelitian ini ada lima faktor yang
diperhitungkan dalam skema pengkelasan LHEF, yaitu litologi, kemiringan lereng,
relief relatif, tutupan lahan, dan kebasahan lahan. Kelima faktor tersebut
dijumlahkan untuk mendapatkan nilai Total Estimated Hazard (TEHD). Nilai TEHD
inilah yang selanjutnya dikelaskan menjadi kerawanan longsoran. Kerawanan
longsoran menurut Metode Anbalagan (1992) dibagi menjadi lima zona, yaitu
kerawanan longsoran sangat rendah, kerawanan longsoran rendah, kerawanan
longsoran sedang, kerawanan longsoran tinggi, dan kerawanan longsoran sangat
tinggi. Metode lain yang digunakan adalah Sistem Informasi Geografi (SIG).
Sistem Informasi Geografi (Geographic Information System/GIS) adalah sistem
informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial
(bereferensi keruangan). Metode ini digunakan sebagai metoda pengolahan data
dan jenis data yang digunakan adalah data spasial yang memiliki koordinat atau posisi
tertentu.
Hasil
akhir dari penelitian ini adalah sebuah peta kerawanan longsoran. Kerawanan
longsoran sangat rendah memiliki luas sebesar 0,658 km2, dikontrol oleh
litologi berupa aluvium, endapan danau, andesit, kemiringan lereng ≤15o,
tutupan lahan yang lebat, relief relatif <100 m dan 100-300 m, serta kondisi
permukaan yang kering. Kerawanan longsoran rendah memiliki luas sebesar 24,130
km2, umumnya dipengaruhi oleh litologi berupa endapan danau dan batuan yang
keras seperti andesit, kemiringan lereng antara 16˚-25˚, tutupan lahan yang
lebat, relief relatif <100 m, serta kondisi permukaan yang kering. Kerawanan
longsoran sedang memiliki luas sebesar 22,289 km2 dikontrol oleh litologi
berupa breksi, endapan danau,dan andesit, kemiringan lereng antara 16o-25o,
tutupan lahan yang tertutup tumbuhan tidak terlalu lebat sampai jarang tertutup
tumbuhan, relief relatif 100-300 m, dan kondisi permukaan yang kering sampai
lembab.
Kerawanan longsoran tinggi memiliki luas sebesar 13,680 km2 umumnya dipengaruhi oleh litologi breksi, kemiringan lereng yang sedang sampai sangat tinggi yaitu antara 36o-45o dan >45o, relief memiliki tutupan lahan yang jarang tertutup tumbuhan dan gundul, relatif 100-300 m dan >300 m, serta kondisi permukaan yang lembab sampai basah. Daerah dengan kerawanan longsoran sangat tinggi memiliki luas sebesar 0.154 km2, secara umum dikontrol oleh litologi breksi, kemiringan lereng antara ≥36o, tidak memiliki tutupan lahan atau gundul, relief relatif >300 m, serta kondisi permukaan yang basah.
Kerawanan longsoran tinggi memiliki luas sebesar 13,680 km2 umumnya dipengaruhi oleh litologi breksi, kemiringan lereng yang sedang sampai sangat tinggi yaitu antara 36o-45o dan >45o, relief memiliki tutupan lahan yang jarang tertutup tumbuhan dan gundul, relatif 100-300 m dan >300 m, serta kondisi permukaan yang lembab sampai basah. Daerah dengan kerawanan longsoran sangat tinggi memiliki luas sebesar 0.154 km2, secara umum dikontrol oleh litologi breksi, kemiringan lereng antara ≥36o, tidak memiliki tutupan lahan atau gundul, relief relatif >300 m, serta kondisi permukaan yang basah.
Lebih lengkapnya download disini.
Jangan lupa komentarnya ya. Keep Moving Forward.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar